Puisi MAYAT TEGAK | Indra Tjahyadi

Bookmark and Share
MAYAT TEGAK
Indra Tjahyadi

Mayatku yang tegak ditabuhi rindu
berserah pada pilu.Jejak jejak mendung bergerak
ke arah murung lengkap-membusuk, diliuri belatung.
Aku pernah punya janji denganmu:
pipi muda halus gembul yang menggaungkan mazmur
di malam-malam tugur.Tapi di kota ini,
angin terlanjur berbalik arah. Dan janji yang pernah
terucap dalam setubuh tak lebih dari tahun-tahun
lewat yang tergeletak
tenang di dasar laut: lamat-lamat hanyut. Pudar.
Dalam debur ombak menabrak terumbu.Bila iklim dingin turun
membawa ingatan wajahmu jam di dinding kusam kamarku
akan berhenti berdetak,
lantas ruang pun
hanya tinggal diam dengan jendela-jendela terbuka menghadap
lengang jalan. Kiranya, akan kutinggal
perasaan segala perasaan! dekat perairan kelabu yang
memberikan segala kemungkinan bagi perih
bagi sunyi bagi puisiku."Kini aku tak membutuhkan
apa-apa lagi, kasihku" Di sebuah rumah. Di sebuah pekuburan.
Di selatan pelabuhan, mayatku yang tegak ditabuhi rindu
hidup bagai patung, menatap waktu, menatap kengangaan.
Makin pekat. Makin lekat pada hancur.

2007-2008.

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar