sayap-sayap sepi mengibas dari catatan silam
menggetarkan kuncup kembang yang lagi kautanam
dia tahu ini kebun semula hanya debu
tempatnya bercengkrama
dalam kepulan yang tandus dan kelabu
hanya bening wajahmu melelehkan air mata
menyapa kebun yang jenuh pada tanahnya
ya, hanya sapa:
kesetiaan atas cengkeraman
sunyi yang begitu lama
maka ketika dalam jenuhnya tanah meratap
adalah darah
adalah darah
darahmu, ya Nama!
meleleh dari luka tikaman dan pakuan
demikianlah darah membasuh tanah
untuk menanam kembali benih kembang
dari taman kehidupan yang dulu tercuri hilang
ya! kesunyian kebun
kini menggeletar dalam suka cita tunas-tunas muda
dalam nyayian demi nyanyian
adalah juga pergumulan demi pergumulan
antara kerinduan menghijau dan mengembang
mekar dan meyebarkan aroma keharuman
adalah sayap-sayap:
mengembalikan senyap dengan desahnya
meremuk melisutkan dengan badainya
ah, hati yang gemetar, hati yang gemetar!
kenapa lantas hidup serasa gurun berpendar?
pilihan antara tetap berakar atau lenyap terbakar
dan engkau, engkau hanya tersenyum dalam diam
sesungguhnya tak kubiarkan apa yang telah kautanam
dalam cinta, dalam cinta kausaksikan pergumulan kembang
cintamu yang merawat dan menjaga
apa-siapa sanggup menggesermya sejengkal saja?
ya! geletar darah cintamu serasa gelora
: dalam kasih-Ku, bertumbuhlah kau bunga!
sayap-sayap yang angkuh bergetaran
berpasangan musim lalu sudah remuk Kupatahkan!
Yogya, 1990
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar