Mendadak LEMOT bisa Berarti Ada Tumor Di Batang Otak

Bookmark and Share




img
ilustrasi (Foto: Thinkstock)
Jakarta, Sebagian besar operasi batang otak dilakukan karena ada tumor pembuluh darah otak atau cavernoma. Banyak yang terlambat didiagnosis, karena baru muncul gejala setelah tumornya merembes. Salah satu gejalanya, otak mendadak 'lemot' atau bodoh.

"Otak itu seperti chip, terhubung ke seluruh tubuh. Jadi gejalanya bisa apa saja, seperti lemes separuh, muka menceng atau tebel separuh, susah nelan, dan kalau parah bisa tiba-tiba koma. Mendadak bego juga termasuk," kata Prof Dr Eka J Wahjoepramono, SpBS, PhD dari MRCCC Siloam dalam temu media di ruang kerjanya, Kamis (26/7/2012).

Meski gejalanya mudah dikenali, Prof Eka mengatakan bahwa kebanyakan pasien cavernoma atau tumor pembuluh darah otak datang ketika sudah terlambat. Pasalnya gejala-gejala tersebut baru muncul ketika tumornya sudah bocor atau merembes sehingga harus segera dioperasi.

Selama ini, tumor pembuluh darah otak merupakan indikasi utama yang paling sering membuat pasien harus menjalani operasi batang otak. Dari sekitar 50 operasi batang otak yang dilakukan di seluruh jaringan RS Siloam sejak 2001, 99 persen disebabkan oleh tumor tersebut sedangkan sisanya karena sebab lain termasuk TB (tuberculosis) otak yang baru tercatat sebanyak 1 kasus.

Sayangnya hingga kini, tidak diketahui pasti apa faktor risiko dan penyebab pasti tumor ini sehingga agak sulit untuk dilakukan pencegahan. Faktor usia juga tidak bisa dijadikan patokan, sebab dari seluruh pasien Prof Eka yang didiagnosis tumor pembuluh darah otak dan harus menjalani operasi batang otak, ada juga yang masih berusia 2 tahun.

"Kalau ditanya kenapa bisa kena, ya mungkin itu nasib. Tidak ada yang tahu kenapa, itu bidangnya para peneliti untuk cari penyebabnya. Yang kita lakukan bagaimana mengatasinya. Sejauh ini tidak ada pencegahannya, yang ada deteksi dini," lanjut Prof Eka.

Pemindaian dengan Magnetic Resonance Imaging (MRI) menurut Prof Eka masih menjadi satu-satunya upaya pencegahan, atau lebih tepatnya deteksi dini. Efek sampingnya sangat kecil karena tidak memakai radiasi, namun sayangnya biayanya tidak murah untuk dijadikan pemeriksaan rutin bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah, yakni sekitar Rp 800 ribu hingga Rp 3,5 juta.
Sumber : Detik.com

{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }

Posting Komentar